Tribuana (Bagian 3, Penyerangan Prabu Kalamercu)
Alkisah Prabu Detya Kalamercu yang menjadi raja bangsa dedemit di Negara Tunggul Wesi telah mendengar penobatan Sang Hyang Manikmaya menjadi Raja Tribuana di kahyangan Suralaya. Batara Kalamercu yang juga mempunyai keinginan untuk menguasai Triloka (tiga dunia), maka ia pun menyiapkan seluruh bala tentara buta dan dedemit untuk menyerang Suralaya. Bersama dengan seluruh kekuatan bala tentaranya yang berasal dari bangsa jin dan siluman, ia segera melesat menuju puncak Tengguru.
Kawah Cadradimuka menggelegar memuntahkan laharnya, asapnya membumbung ke angkasa, menyaput puncak Himalaya. Ini telah menjadi pertanda bagi kadewatan Suralaya bahwa akan ada sesuatu yang bakal terjadi. Sang Hyang Manikmaya yang telah waspada, segera memberi tahu Hyang Ismaya dan Hyang Antaga agar bersiap-siap menyambut kedatangan raja Jin yang akan menyerang Suralaya. Agar tidak merusak tatanan kahyangan, maka ketiganya bersepakat untuk menghadang pasukan Prabu Kalamercu di depan pintu Selamatangkep.
Pertempuran pun terjadi ketika kedua belah pihak saling berhadapan. Prabu Kalamercu berhadapan langsung dengan Sang Hyang Manikmaya, sedangkan puluhan ribu bala tentaranya bertempur melawan Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Antaga. Pertempuran seperti tidak berimbang, namun karena Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Antaga mempunyai kesaktian yang luar biasa, maka serangan bala tentara pasukan Prabu Kalamercu dapat dihadapi. Bahkan sebaliknya pasukan Prabu Kalamercu kualahan menghadapi dua kesatria dewa yang tampangnya kini tidak berbeda dengan bangsa dedemit itu. Korban berjatuhan di pihak bala tentara Detya Kalamercu. Mereka jatuh bertumbangan, ada yang terbakar api, ada yang tersapu badai, dan terjilat hangus halilintar yang disebabkan oleh kesaktian Hyang Ismaya dan Hyang Antaga.
Sementara itu Sang Hyang Manikmaya perang tanding dengan Prabu Detya Kalamercu. Keduanya saling terjang, saling pukul dan saling beradu kekuatan yang masing-masing dilambari aji-aji kesaktian. Petir menggelegar, api berkobar, sesaat lalu badai angin dan hujan berbaur menyapu seluruh pelataran bumi tempat pertarungan mereka. Prabu Detya Kalamercu sangat sakti mandraguna sehingga Hyang Manikmaya harus mengeluarkan pusaka-pusaka Kadewatan untuk melawannya, tapi kehebatan pusaka Hyang Manikmaya tidak membuat gentar Prabu Detya Kalamercu. Raja Jin itu sangat sukar untuk dibunuh, bahkan tumbak pusaka Trengganaweni dan tumbak Kalaminta milik Hyang Otipati yang konon dapat meluluh lantakan gunung, tetap tidak mampu mencederai raja Jin itu.
Pada pertempuran selanjutnya, Sang Hyang Manikmaya terdesak mundur, ia keteteran menghadapi serangan dan terjangan Detya Kalamercu hingga suatu ketika Manikmaya terjebak di salah satu lereng gunung yang berbatu cadas. Tubuhnya dilemparkan oleh Prabu Kalamercu dan menghantam bebatuan cadas. Hyang Manikmaya ambruk bersama reruntuhan batu-batu gunung, dan salah satu kakinya terhimpit batu-batu cadas yang besarnya sebesar gajah. Setelah memukul hancur batu yang menghimpit kakinya, Hyang Manikmaya terkejut saat melihat kakinya menjadi kecil sebelah. Ia teringat kutukan ayahandanya, bahwa kakinya akan menjadi kecil sebelah dan menjadi lemah, maka namanya kini bertambah menjadi Sang Hyang Lengin.
Sang Hyang Manikmaya menjadi murka atas kejadian itu, maka ia pun kemudian merapal aji Kemayan untuk menaklukan musuhnya. Prabu Detya Kalamercu tidak sanggup melawan kekuatan aji Kemayan yang dijapa oleh Manikmaya. Tubuhnya lunglai seperti tidak bertulang, kesaktiannya seperti sirna, ia pun ambruk di palagan yuda. Detya Kalamercu menggerung menjerit-jerit minta ampun. Ia berjanji tidak akan melakukan penyerangan lagi terhadap kadewatan Suralaya. Sang Hyang Manikmaya lalu mengampuni Prabu Detya Kalamercu, tetapi sebagai pelajaran untuk raja Jin itu, maka Hyang Manikmaya menghanguskan seluruh balatentara siluman Kalamercu yang masih tersisa. Ia mendatangi tempat pertempuran antara pasukan Siluman dan kedua saudaranya. Seketika setelah Hyang Manikmaya menjapa mantra kembali aji Kemayan, ribuan Jin dan Siluman pun hangus terbakar seketika. Dan lalu bangkai-bangkai siluman yang hangus itu oleh Hyang Manikmaya dicipta dengan aji Kawrastawam (kawaspadan cipta) hingga menjadi bebatuan yang menjalar sepanjang jalan dari kadewatan Suralaya menuju kawah Candradimuka, jalan itu kemudian diberinama Balagadewa.
Kini Detya Kalamercu dipulihkan kembali oleh Hyang Manikmaya, dan sebagai tanda kesetiaan Detya Kalamercu, raja Jin itu mempersembahkan damper kencana Mercupunda (singgasana emas yang bertaburkan mutiara)
Kawah Cadradimuka menggelegar memuntahkan laharnya, asapnya membumbung ke angkasa, menyaput puncak Himalaya. Ini telah menjadi pertanda bagi kadewatan Suralaya bahwa akan ada sesuatu yang bakal terjadi. Sang Hyang Manikmaya yang telah waspada, segera memberi tahu Hyang Ismaya dan Hyang Antaga agar bersiap-siap menyambut kedatangan raja Jin yang akan menyerang Suralaya. Agar tidak merusak tatanan kahyangan, maka ketiganya bersepakat untuk menghadang pasukan Prabu Kalamercu di depan pintu Selamatangkep.
Pertempuran pun terjadi ketika kedua belah pihak saling berhadapan. Prabu Kalamercu berhadapan langsung dengan Sang Hyang Manikmaya, sedangkan puluhan ribu bala tentaranya bertempur melawan Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Antaga. Pertempuran seperti tidak berimbang, namun karena Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Antaga mempunyai kesaktian yang luar biasa, maka serangan bala tentara pasukan Prabu Kalamercu dapat dihadapi. Bahkan sebaliknya pasukan Prabu Kalamercu kualahan menghadapi dua kesatria dewa yang tampangnya kini tidak berbeda dengan bangsa dedemit itu. Korban berjatuhan di pihak bala tentara Detya Kalamercu. Mereka jatuh bertumbangan, ada yang terbakar api, ada yang tersapu badai, dan terjilat hangus halilintar yang disebabkan oleh kesaktian Hyang Ismaya dan Hyang Antaga.
Sementara itu Sang Hyang Manikmaya perang tanding dengan Prabu Detya Kalamercu. Keduanya saling terjang, saling pukul dan saling beradu kekuatan yang masing-masing dilambari aji-aji kesaktian. Petir menggelegar, api berkobar, sesaat lalu badai angin dan hujan berbaur menyapu seluruh pelataran bumi tempat pertarungan mereka. Prabu Detya Kalamercu sangat sakti mandraguna sehingga Hyang Manikmaya harus mengeluarkan pusaka-pusaka Kadewatan untuk melawannya, tapi kehebatan pusaka Hyang Manikmaya tidak membuat gentar Prabu Detya Kalamercu. Raja Jin itu sangat sukar untuk dibunuh, bahkan tumbak pusaka Trengganaweni dan tumbak Kalaminta milik Hyang Otipati yang konon dapat meluluh lantakan gunung, tetap tidak mampu mencederai raja Jin itu.
Pada pertempuran selanjutnya, Sang Hyang Manikmaya terdesak mundur, ia keteteran menghadapi serangan dan terjangan Detya Kalamercu hingga suatu ketika Manikmaya terjebak di salah satu lereng gunung yang berbatu cadas. Tubuhnya dilemparkan oleh Prabu Kalamercu dan menghantam bebatuan cadas. Hyang Manikmaya ambruk bersama reruntuhan batu-batu gunung, dan salah satu kakinya terhimpit batu-batu cadas yang besarnya sebesar gajah. Setelah memukul hancur batu yang menghimpit kakinya, Hyang Manikmaya terkejut saat melihat kakinya menjadi kecil sebelah. Ia teringat kutukan ayahandanya, bahwa kakinya akan menjadi kecil sebelah dan menjadi lemah, maka namanya kini bertambah menjadi Sang Hyang Lengin.
Sang Hyang Manikmaya menjadi murka atas kejadian itu, maka ia pun kemudian merapal aji Kemayan untuk menaklukan musuhnya. Prabu Detya Kalamercu tidak sanggup melawan kekuatan aji Kemayan yang dijapa oleh Manikmaya. Tubuhnya lunglai seperti tidak bertulang, kesaktiannya seperti sirna, ia pun ambruk di palagan yuda. Detya Kalamercu menggerung menjerit-jerit minta ampun. Ia berjanji tidak akan melakukan penyerangan lagi terhadap kadewatan Suralaya. Sang Hyang Manikmaya lalu mengampuni Prabu Detya Kalamercu, tetapi sebagai pelajaran untuk raja Jin itu, maka Hyang Manikmaya menghanguskan seluruh balatentara siluman Kalamercu yang masih tersisa. Ia mendatangi tempat pertempuran antara pasukan Siluman dan kedua saudaranya. Seketika setelah Hyang Manikmaya menjapa mantra kembali aji Kemayan, ribuan Jin dan Siluman pun hangus terbakar seketika. Dan lalu bangkai-bangkai siluman yang hangus itu oleh Hyang Manikmaya dicipta dengan aji Kawrastawam (kawaspadan cipta) hingga menjadi bebatuan yang menjalar sepanjang jalan dari kadewatan Suralaya menuju kawah Candradimuka, jalan itu kemudian diberinama Balagadewa.
Kini Detya Kalamercu dipulihkan kembali oleh Hyang Manikmaya, dan sebagai tanda kesetiaan Detya Kalamercu, raja Jin itu mempersembahkan damper kencana Mercupunda (singgasana emas yang bertaburkan mutiara)
Posting Komentar untuk "Tribuana (Bagian 3, Penyerangan Prabu Kalamercu)"