Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tribuana (Bagian 5, Gareng dan Petruk)


Hari-hari selanjutnya kahyangan Suralaya digegerkan lagi oleh kedatangan dua jin yang bernama Mercukilan dan Mercukali. Mercukilan berperawakan tinggi jangkung dengan hidung panjang seperti burung pelatuk dan kepalanya berkuncir, sedangkan Mercukali berperawakan pendek berhidung besar bulat seperti buah tomat, kepalanya juga sama berkuncir. Keduanya bertingkah jenaka tapi sering sekali menyombongkan diri. Apalagi setelah keduanya sanggup mengalahkan Cingkarabala dan Balaupata sehingga kedua duruwiksa penjaga gerbang Selamatangkep itu harus lari tunggang langgang menghadap Sang Hyang Jagatnata (Manikmaya) di istana Jonggring Salaka. Sang Hyang Manikmaya lalu menghadapi Mercukilan dan Mercukali menanyakan maksud kedatangan mereka. Kedua jin itu dengan sombongnya meminta Manikmaya menyerahkan kahyangan Suralaya kepada mereka berdua. Mereka mengaku merasa lebih pantas menguasai Triloka dibandingkan Manikmaya yang hanya perwujudan ‘akyan’ (jasad halus). Sang Hyang Manikmaya yang sudah pasti menolak permintaan kedua jin itu, maka mereka pun melakukan perang tanding. Mercukilan dan Mercukali memiliki kesaktian-kesaktian gaib, gerakan mereka sangat gesit sehingga Sang Hyang Manikmaya merasa kesulitan menghadapinya. Begitu juga dengan Mercukilan dan Mercukali, keduanya tidak sanggup mengalahkan kesaktian Manikmaya. Pertempuran diantara mereka cukup dahsyat walaupun kedua jin itu bertempur secara semrawutan, terkesan bercanda atau memang sengaja meremehkan lawannya. Hal itu membuat Manikmaya merasa kesal, ia seperti sedang dipermainkan oleh kedua musuhnya, maka ia pun memutuskan untuk menyelesaikan pertempuran dengan menyiapkan aji Kemayan agar musuh-musuhnya dapat segera dibinasakan, tapi sebelum Manikmaya merapal kesaktiannya, Hyang Ismaya dan Antaga datang menghampiri. Hyang Ismaya melarang Manikmaya menggunakan aji Kemayan, dan membiarkan dirinya untuk menghadapi kedua bangsa jin tersebut.

Melihat Hyang Ismaya perutnya buncit, pantatnya besar, kepalanya berkuncung, dan giginya cuma satu menghiasi mulut, Mercukilan dan Mercukali saling berbisik lalu terkekeh-kekeh menertawakan. Dengan sombongnya, mereka menganggap suruhan Manikmaya itu tidak lebih dari dua duruwiksa penjaga gerbang Selamatangkep yang dapat mereka kalahkan dengan sangat mudah. Hyang Ismaya sebenarnya menyukai tingkah jenaka Mercukilan dan Mercukali, tetapi ia tidak menyukai sifat-sifat sombongnya. Ismaya mengingatkan kepada dua jin itu agar tidak selalu meremehkan dan menghina orang lain, sebab wujud mereka pun tidak lebih dari keadaannya. Mercukilan dan Mercukali tidak menggubris kata-kata Hyang Ismaya, keduanya segera menerjang, akan tetapi Hyang Ismaya yang sudah siap menghadapi keduanya, menyambut serangan mereka. Pertempuran mereka tidak berlangsung lama, sebab Hyang Ismaya sendiri bertempur lebih semrawut dibandingkan kedua musuhnya. Mercukilan dan Mercukali jatuh bangun menghadapi Hyang Ismaya, keduanya tersungkur setelah ditabrak oleh Hyang Ismaya, lalu oleh Hyang Ismaya kedua kuncir kepala kedua jin itu ditangkap sehingga mereka menjerit-jerit memohon ampun. Hyang Ismaya memantrai mereka dengan aji Kawrastawam (kawaspadan cipta). Seketika wujud Mercukilan dan Mercukali berubah, wajah mereka yang sebelumnya agak menyeramkan berubah menjadi seperti rakyat jelata yang polos. Mereka berdua kemudian diampuni dan diangkat anak oleh Hyang Ismaya. Mercukilan namanya diganti menjadi Petruk sedangkan Mercukali diganti namanya menjadi Gareng.

Posting Komentar untuk "Tribuana (Bagian 5, Gareng dan Petruk)"