Kelahiran Antareja
Prabu Nagabaginda adalah raja Negara Bantalatelu dengan rupa badan manusia dengan kepala naga, dan mampu merubah dirinya baik menjadi manusia betulan hingga berupa naga raksasa.
Nagabaginda kesal lantaran Batara Guru memberikan anugerah Sanghyang kepada Anantaboga, bukan kepada dirinya padahal ia yakin lebih ganteng diantara para bangsa ular dan naga. Yang kedua Dewi Suparti yang ditaksirnya di pinang Sanghyang Anantaboga.
Ketidak puasan ini akhirnya mengutus Patih Wisasarpa untuk menanyakan kepada Dewa. Singkat cerita rombongan utusan ini telah berhadapan dengan Batara Narada. Penjelasan Batara Narada perihal anugerah Dewa tersebut tidak diterima oleh Patih Wisasarpa, dan terjadilah peperangan. Akan tetapi Batara Guru telah menyiapkan Batara Brahma dengan mantra giri pawakanya, Batara Indra dengan kalajaksanya, Batara bayu dengan angin sakti. Perlawanan Patih Wisasarpa dengan ajian wisa sardulanya kalah dengan Batara Bayu yang menggunakan ajian Bayu Rotra.
Nagabaginda yang mengetahui kekalahan patihnya, marah besar dan berangkat untuk mengobrak abrik Kedewatan. Batara Guru yang faham dengan kemarahan Nagabaginda dengan mantra saktinya mengangkat tinggi Kedewatan hingga tidak dapat dijangkau oleh Nagabaginda. Sementara itu di Suralaya, Batara Guru mengatakan bahwa tidak ada yang dapat mengalahkan Nagabaginda selain cucu Anantaboga. Sedangkan Dewi Nagagini sendiri masih dalam kondisi hamil. Rombongan Batara Narada, Batara Brahma, Batara Bayu dan Batara Indra turun dari kahyangan untuk menuju ke istana Saptaprtala tempat bersemayamnya Sanghyang Anantaboga rupa-rupanya diketahui oleh Nagabaginda, maka ia pun berniat menyusulnya dengan murka.
Atas bantuan Sanghyang Baruna, maka perjalanan keempat duta Kedewatan itu segera sampai ke Saptapratala. Sementara itu Nagabaginda tak kuasa melewati pagar betis pasukan samodra yang dipimpin oleh Julungwangi. Gagal mengejar melewati samodra, rupanya Nagabaginda bertemu dengan Arjuna yang disertai para punakawan sedang dalam perjalanan menjenguk Dewi Nagagini diutus oleh Dewi Kunti karena Bima sedang ada tugas lain. Hasilnya gimana?
Sementara itu di Saptapratala sedang bersuka ria karena Dewi Nagagini melahirkan seorang bayi dari perkawinannya dengan Bima yang diberi nama Bimasunu. Oleh para duta dewa bayi ini dimandikan di air suci dan seketika badannya menjadi besar. Untuk lebih menjadikan cucunya sakti, Sanghyang Anantaboga melumuri seluruh badan cucunya dengan air liurnya yang kelak membuat Bimasunu kebal terhadap senjata.
Berhadapan dengan Bimasunu, Nagabaginda pun akhirnya takluk. Sebelum menitis kepada Bimasunu, Nagabaginda menyerahkan negara Jangkarbumi, dan kelak Bimasunu bergelar Prabu Antareja.
Nagabaginda kesal lantaran Batara Guru memberikan anugerah Sanghyang kepada Anantaboga, bukan kepada dirinya padahal ia yakin lebih ganteng diantara para bangsa ular dan naga. Yang kedua Dewi Suparti yang ditaksirnya di pinang Sanghyang Anantaboga.
Ketidak puasan ini akhirnya mengutus Patih Wisasarpa untuk menanyakan kepada Dewa. Singkat cerita rombongan utusan ini telah berhadapan dengan Batara Narada. Penjelasan Batara Narada perihal anugerah Dewa tersebut tidak diterima oleh Patih Wisasarpa, dan terjadilah peperangan. Akan tetapi Batara Guru telah menyiapkan Batara Brahma dengan mantra giri pawakanya, Batara Indra dengan kalajaksanya, Batara bayu dengan angin sakti. Perlawanan Patih Wisasarpa dengan ajian wisa sardulanya kalah dengan Batara Bayu yang menggunakan ajian Bayu Rotra.
Nagabaginda yang mengetahui kekalahan patihnya, marah besar dan berangkat untuk mengobrak abrik Kedewatan. Batara Guru yang faham dengan kemarahan Nagabaginda dengan mantra saktinya mengangkat tinggi Kedewatan hingga tidak dapat dijangkau oleh Nagabaginda. Sementara itu di Suralaya, Batara Guru mengatakan bahwa tidak ada yang dapat mengalahkan Nagabaginda selain cucu Anantaboga. Sedangkan Dewi Nagagini sendiri masih dalam kondisi hamil. Rombongan Batara Narada, Batara Brahma, Batara Bayu dan Batara Indra turun dari kahyangan untuk menuju ke istana Saptaprtala tempat bersemayamnya Sanghyang Anantaboga rupa-rupanya diketahui oleh Nagabaginda, maka ia pun berniat menyusulnya dengan murka.
Atas bantuan Sanghyang Baruna, maka perjalanan keempat duta Kedewatan itu segera sampai ke Saptapratala. Sementara itu Nagabaginda tak kuasa melewati pagar betis pasukan samodra yang dipimpin oleh Julungwangi. Gagal mengejar melewati samodra, rupanya Nagabaginda bertemu dengan Arjuna yang disertai para punakawan sedang dalam perjalanan menjenguk Dewi Nagagini diutus oleh Dewi Kunti karena Bima sedang ada tugas lain. Hasilnya gimana?
Sementara itu di Saptapratala sedang bersuka ria karena Dewi Nagagini melahirkan seorang bayi dari perkawinannya dengan Bima yang diberi nama Bimasunu. Oleh para duta dewa bayi ini dimandikan di air suci dan seketika badannya menjadi besar. Untuk lebih menjadikan cucunya sakti, Sanghyang Anantaboga melumuri seluruh badan cucunya dengan air liurnya yang kelak membuat Bimasunu kebal terhadap senjata.
Berhadapan dengan Bimasunu, Nagabaginda pun akhirnya takluk. Sebelum menitis kepada Bimasunu, Nagabaginda menyerahkan negara Jangkarbumi, dan kelak Bimasunu bergelar Prabu Antareja.
-A.R. ASMANAWIJAYA-
Posting Komentar untuk "Kelahiran Antareja"