Wahyu Panca Budaya
Keluarga Pandawa sedih karena Parikesit pergi tampa pamit, Kresna
menasehati agar kepergian Parikesit tidak dirisaukan lagii . Parikesit
pergi mencari pengalaman. Keluarga Pandawa ingin mencari Parikesit.
Bogawikalpa (anak Bogadenta) akan membalas kematian ayahnya, dibantu oleh Kartiwindu (anak sengkuni) dan Susela (anak Aswatama).
Parikesit hidup di huttan bersama panakawan. Susela dan prajurit berjumpa parikesit di hutan. Parikesit dibunuh oleh Susela.
Di hutan itu para panakawan kebingungan.
Di kahyangan terjadi huru-hara, sebab Begawan Sabdajati tidak mengakui kekuasaan di kahyangan. Batara Narada disuruh menjatuhi hukuman kepada Begawan sabdajati. Batara Narada dan para dewa datang di padepokan Budiseta. Para Dewa akan menangkap Begawan Sabdajati, tetapi semua dewa kalah. Batara Guru turun tangan, tetapi tak mampu melawannya, lalu minta tolong kepada Pandawa bernama batara Narada.
Kresna, Bima, dan Arjuna ditemui Batara Guru, dan diminta membantu melawan Begawan sabdajati. Mereka berangkat ke pertapaan Budiseta. Ditengah perjalanan berjumpa Panakawan. Panakawan memberitahu kematian parikesit. Parieksit dihidupkan kembali oleh Kresna lalu diajak ke Budiseta.
Begawan sabdajati diserang oleh Bima, Arjuna dan Parikesit, tetapi semua kalah. Kresna tampil ke depan melawannya. Begawan sabdajati dicakranya hilanglah dari pandangan. Tiba-tiba muncul cahaya sebesar kelapa. Berputar-putar diangkasa, kemudian lenyap diatas Pparikesit. Mereka kebingungan. Batara Guru berkata, bahwa cahaya itu wahyu keraton bernama wahyu Pancabudaya dan telah masuk ke tubuh Parikesit. Para Pandawa dan parikesit disuruh kembali ke Astina . batara Guru dan narada kembali ke kahyangan.
Puntadewa menerima kedatangan Kresna bersama Bima, Arjuna dan Parikesit.
Prajurit Malaakapura datang mengamuk dan akan memusnahkan Pandawa. Brahoya, susela dan Bogawikalpa memimpin perang tetapi dikalahkan oleh para Pandawa.
Parikesit dan keluarga pandawa berpestaa menyambut anugerah Wahyu Pancabudaya.
Bogawikalpa (anak Bogadenta) akan membalas kematian ayahnya, dibantu oleh Kartiwindu (anak sengkuni) dan Susela (anak Aswatama).
Parikesit hidup di huttan bersama panakawan. Susela dan prajurit berjumpa parikesit di hutan. Parikesit dibunuh oleh Susela.
Di hutan itu para panakawan kebingungan.
Di kahyangan terjadi huru-hara, sebab Begawan Sabdajati tidak mengakui kekuasaan di kahyangan. Batara Narada disuruh menjatuhi hukuman kepada Begawan sabdajati. Batara Narada dan para dewa datang di padepokan Budiseta. Para Dewa akan menangkap Begawan Sabdajati, tetapi semua dewa kalah. Batara Guru turun tangan, tetapi tak mampu melawannya, lalu minta tolong kepada Pandawa bernama batara Narada.
Kresna, Bima, dan Arjuna ditemui Batara Guru, dan diminta membantu melawan Begawan sabdajati. Mereka berangkat ke pertapaan Budiseta. Ditengah perjalanan berjumpa Panakawan. Panakawan memberitahu kematian parikesit. Parieksit dihidupkan kembali oleh Kresna lalu diajak ke Budiseta.
Begawan sabdajati diserang oleh Bima, Arjuna dan Parikesit, tetapi semua kalah. Kresna tampil ke depan melawannya. Begawan sabdajati dicakranya hilanglah dari pandangan. Tiba-tiba muncul cahaya sebesar kelapa. Berputar-putar diangkasa, kemudian lenyap diatas Pparikesit. Mereka kebingungan. Batara Guru berkata, bahwa cahaya itu wahyu keraton bernama wahyu Pancabudaya dan telah masuk ke tubuh Parikesit. Para Pandawa dan parikesit disuruh kembali ke Astina . batara Guru dan narada kembali ke kahyangan.
Puntadewa menerima kedatangan Kresna bersama Bima, Arjuna dan Parikesit.
Prajurit Malaakapura datang mengamuk dan akan memusnahkan Pandawa. Brahoya, susela dan Bogawikalpa memimpin perang tetapi dikalahkan oleh para Pandawa.
Parikesit dan keluarga pandawa berpestaa menyambut anugerah Wahyu Pancabudaya.
Posting Komentar untuk "Wahyu Panca Budaya"