Arimbi kembali ke Pringgandani
 Kala Bendana bergirang hati menyambut kedatangan Arimbi kakaknya
yang sudah menjadi cantik jelita
 
yang sudah menjadi cantik jelita
Arimbi dan Bima meninggalkan hutan Kamiyaka menuju Negara 
Pringgandani. Arimbi yang sudah menjelma menjadi seorang putri cantik 
tinggi perkasa adalah seorang putri raja yang bakal menggantikan Arimba 
kakaknya menjadi raja di Pringgandani. Maka tidak mengherankan jika 
Arimbi mempunyai berbagai ilmu tingkat tinggi, salah satunya adalah ilmu
 meringankan tubuh. Sehingga ia bisa terbang tanpa menggunakan sayap. 
Demikian juga Bima pasangannya walaupun badannya besar perkasa, ia 
mempunyai ilmu Angkusprana yang dapat menghimpun kekuatan angin dari 
Sembilan saudara tunggal bayu termasuk dirinya, yaitu: Dewa Bayu, Dewa 
Ruci, Anoman, Wil Jajagwreka, Gajah Situbanda, Naga Kuwara, Garuda 
Mahambira, dan Begawan Mainaka. Sembilan kekuatan angin tersebut membuat
 Bima dapat melompat sangat jauh seperti terbang. Sehingga dua sejoli 
itu laksana dua burung garuda perkasa terbang membelah langit biru.
Sekejap kemudian mereka telah menginjakan kakinya di Negara Pringgandani. Arimbi mengamati suasana Kraton Pringgandani tempat ia lahir dan dibesarkan. Suasana duka atas meninggalnya Prabu Arimba masih nampak pada pemasangan bendera, umbul-umbul dan rontek. Arimbi merasa berdosa, karena gara-gara dialah Prabu Arimba gugur di tangan Bima. Selagi merenung dalam kesedihan, Prajurit jaga menghentikan langkah Arimbi dan Bima di pintu gerbang utama bagian luar kraton. Arimbi menjelaskan bahwa dia adalah Arimbi raseksi yang sudah menjadi putri berkat pertolongan Kunthi ibu Bima. Oleh karenanya Arimbi minta jalan mau masuk kraton menemui adik-adiknya. Namun penjelasan Arimbi tidak dengan serta merta dipercaya oleh prajurit jaga. Karena menurut aturan bagi orang asing yang ingin memasuki wilayah inti kraton harus tinggal beberapa waktu di bilik panganti untuk diperiksa oleh beberapa petugas yang ada. Namun Arimbi tidak mau melakukannya. Bahkan Arimbi menjadi jengkel atas sikap para perajurit jaga yang sudah tidak mengenalnya lagi dan besikeras menahannya.
Sekejap kemudian mereka telah menginjakan kakinya di Negara Pringgandani. Arimbi mengamati suasana Kraton Pringgandani tempat ia lahir dan dibesarkan. Suasana duka atas meninggalnya Prabu Arimba masih nampak pada pemasangan bendera, umbul-umbul dan rontek. Arimbi merasa berdosa, karena gara-gara dialah Prabu Arimba gugur di tangan Bima. Selagi merenung dalam kesedihan, Prajurit jaga menghentikan langkah Arimbi dan Bima di pintu gerbang utama bagian luar kraton. Arimbi menjelaskan bahwa dia adalah Arimbi raseksi yang sudah menjadi putri berkat pertolongan Kunthi ibu Bima. Oleh karenanya Arimbi minta jalan mau masuk kraton menemui adik-adiknya. Namun penjelasan Arimbi tidak dengan serta merta dipercaya oleh prajurit jaga. Karena menurut aturan bagi orang asing yang ingin memasuki wilayah inti kraton harus tinggal beberapa waktu di bilik panganti untuk diperiksa oleh beberapa petugas yang ada. Namun Arimbi tidak mau melakukannya. Bahkan Arimbi menjadi jengkel atas sikap para perajurit jaga yang sudah tidak mengenalnya lagi dan besikeras menahannya.
Sebagai salah satu pewaris tahta Pringgandani, perlakuan prajurit 
jaga sungguh menyakitkan. Arimbi dan Bima dipaksa memasuki bilik 
panganti untuk diperiksa seperti yang diberlakukan bagi orang asing. 
Kesabaran Arimbi tidak tersisa lagi. Prajurit jaga yang berlaku kasar 
terhadap dirinya dilumpuhkan dalam sekejap. Melihat rekannya tersungkur 
tak berdaya prajurit jaga yang lain mengepung Arimbi. Belum sempat 
mereka bergerak, Arimbi mendahului menyerang mereka. Satu gebrakan sudah
 cukup bagi Arimbi untuk melumpuhkan beberapa prajurit jaga sekaligus. 
Melihat beberapa rekannya jatuh tak berdaya panglima jaga memerintahkan 
untuk menutup pintu gerbang dan salah satu prajurit diperintahkan 
melapor kepada Brajadenta, salah satu adik Arimbi. Sementara itu 
Panglima jaga mempersiapkan prajuritnya yang masih tersisa untuk menjadi
 palang terakhir yang menghalangi Arimbi dan Bima masuk gerbang utama.
Arimbi menoleh kepada Bima, untuk memohon persetujuan kepada 
kekasihnya bagaimana sebaiknya yang dilakukan untuk menghadapi prajurit 
jaga yang sudah siaga penuh. Bima menggelengkan kepala tanda tidak 
menyetujui Arimbi melakukan kekerasan. Arimbi tersadar bahwa dirinya 
sudah bukan raseksi lagi. Arimbi adalah seorang dewi yang cantik jelita.
 Ia menjadi malu kepada dirinya sendiri dan juga malu kepada Bima. 
Bahkan dibalik itu ada rasa kawatir jika Arimbi berperangai kembali 
sebagai raseksi Bima akan segera meninggalkannya. Maka segeralah Arimbi 
menarik kembali amarahnya.
Ketika hatinya menjadi dingin, Arimbi diingatkan akan sebuah ilmu 
yang menyatukan anak-anak Prabu Tremboko yaitu aji pamomong. Dengan ilmu
 tersebut diantara anak-anak Tremboko dapat saling berhubungan saling 
mengingatkan dan saling menjaga walaupun mereka tidak berada dalam satu 
tempat. Sewaktu hidupnya, Prabu Tremboko menggunakan ajian pamomong 
untuk menyatukan anak-anaknya, mengetahui keberadaannya dan untuk 
melindunginya. Oleh karenannya Arimbi segera mengetrapkan aji pamomong 
untuk mengabarkan keberadaannya kepada adik-adinya. Para prajurit jaga 
siaga penuh mengira bahwa Arimbi sedang mempersiapkan serangannya. Namun
 lama ditunggu dalam ketegangan serangan tak kunjung datang. Bahkan dari
 pintu gerbang munculah adik-adik Arimbi mulai dari Prabakesa, 
Brajadenta, Brajamusti, Brajawikalpa, Brajalamatan dan yang bungsu 
adalah Kala Bendana. Mereka berhamburan menyambut Arimbi dengan gembira.
 Suasana berubah menjadi haru. Para prajurit jaga ikut hanyut dalam 
keharuan. Walaupun Arimbi sekarang sudah menjelma menjadi seorang dewi 
yang cantik jelita, mereka masih mengenali Arimbi lewat aji pamomong. 
Keenam adik-adik Arimbi tak berkedip dalam menatap Arimbi yang cantik. 
Terbayanglah diangan mereka, seorang raja putri yang cantik menawan yang
 bakal memerintah Negara Pringgandani untuk masa-masa yang akan datang.
Kedatangan Arimbi mengubah suasana duka menjadi gembira. Adik-adik 
Arimbi dan rakyat pringgandani yang sebagian besar adalah bangsa 
raksasa, akan terangkat derajatnya mempunyai pewaris tahta putri cantik 
bak bidadari kahyangan.
Namun ketika Arimbi mengenalkan Bima sebagai suaminya, Barajadenta 
dengan tegas menolak. Bima adalah musuh rakyat Pringgandani. Bima adalah
 pembunuh Prabu Arimba, maka harus dilenyapkan.
Pernyataan Brajadenta dengan cepat merubah suasana haru dan gembira 
menjadi tegang. Prajurit bersiaga kembali untuk mengamankan negara. 
Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Barajawikalpa dan Brajalamatan 
menantang Bima untuk mengadakan perhitungan atas meninggalnya Prabu 
Arimba. Bima sebelumnya sudah siap menghadapi segala kemungkinan yang 
akan terjadi pada dirinya. Maka dengan tenang Bima meladeni tantangan 
adik-adik Arimbi.
Namun sebelum perang terjadi Arimbi mendekati Bima sambil berbisik, “jangan lakukan kekerasan, Kakanda Bima”
 Jika boleh memilih tentunya Arimbi akan memilh diantara Bima dan 
adik-adiknya tidak perlu bertempur. Karena jika hal itu terjadi hati 
Arimbi akan dihimpit rasa cemas dari dua penjuru, seperti yang pernah 
dirasakan ketika Bima bertempur melawan Arimba. Disatu pihak Arimbi 
mencemaskan Bima suaminya, dipihak yang lain Arimbi juga mengkawatirkan 
adik-adiknya. Namun apa boleh buat, untuk menundukkan adik-adiknya tidak
 ada jalan lain kecuali bertempur. Harapannya agar Bima dapat 
memenangkan pertempuran melawan adik-adiknya dengan tidak menyisakan 
luka, baik luka di badan maupun luka di hati.
Dikarenakan tidak ada pilihan lain Bima pun meladeni tantangan adik-adik Arimbi. Dengan melangkah tenang namun berat Bima mendekati Brajadenta yang dipandang sebagai pimpinan diantara mereka. Sebelum Bima mendekat semakin dekat, Brajadenta telah memberi aba-aba kepada keempat adiknya untuk menyerang Bima secara serentak. Maka sebentar kemudian terjadilah pertempuran sengit. Bima dikeroyok oleh adik-adik Arimbi, kecuali Kala Bendana yaitu Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Brajawikalpa dan Brajalamatan.
Dikarenakan tidak ada pilihan lain Bima pun meladeni tantangan adik-adik Arimbi. Dengan melangkah tenang namun berat Bima mendekati Brajadenta yang dipandang sebagai pimpinan diantara mereka. Sebelum Bima mendekat semakin dekat, Brajadenta telah memberi aba-aba kepada keempat adiknya untuk menyerang Bima secara serentak. Maka sebentar kemudian terjadilah pertempuran sengit. Bima dikeroyok oleh adik-adik Arimbi, kecuali Kala Bendana yaitu Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, Brajawikalpa dan Brajalamatan.
Arimbi yang menyaksikan pertempuran itu menilai bahwa pertempuran 
bakal berjalan seru dan dahsyat. Karena masing-masing dari mereka 
mempunyai ilmu-ilmu tingkat tinggi. Namun jika dibandingkan dengan Bima 
ilmu-ilmu yang dimiliki ke lima adik-adinya masih berada dibawahnya. 
Tetapi dikarenakan kekuatan kelimanya bergabung menjadi satu maka akan 
sungguh merepotkan Bima. Walaupun Bima merasakan bahwasannya tingkat 
ilmu adik-adik Arimbi masih berada di bawah Arimba, tidak ada niat di 
hati Bima untuk menganggap enteng serangan-serangan mereka. Bima selalu 
waspada menunggu serangan demi serangan yang dilancarkan adik-adik 
Arimbi jurus demi jurus secara bergantian. Bahkan kadang kala 
putra-putra Pringgandani tersebut melakukan serangan secara serentak. 
Menghadapi serangan beruntun Bima lebih memilih menunggu serangan dari 
pada mengambil inisiatif menyerang. Hal tersebut dilakukan karena Bima 
tidak berniat untuk menyakiti adik-adik Arimbi, seperti yang dibisikan 
Arimbi sebelumnya.
Setelah pertempuran berjalan cukup lama, adik-adik Arimbi yang pada 
mulanya membenci Bima sebagai seorang pembunuh Kakak Arimba, 
perlahan-lahan mulai mempertanyakan kebencian itu. Benarkah Bima seorang
 pembunuh yang kejam dan wajib dibenci dan dimusnahkan? 
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul setelah mereka merasakan bahwa perilaku
 Bima tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya yaitu ganas dan kejam. 
Pada kenyataannya Bima adalah seorang kesatria sejati yang penuh 
tatakrama juga ketika Bima berada di medan laga. Dengan sifat Bima yang 
demikian dapat dimungkinkan bahwa gugurnya Arimba di tangan Bima akibat 
dari pembelaan diri Bima menghadapi serangan Prabu Arimba.
Watak ksatria yang melekat pada pribadi Bima telah mengusik watak 
ksatria anak-anak Pringgandani yang dahulu pernah ditanamkan oleh Prabu 
Tremboko. Dengan watak ksatria tersebut lalu munculah kesadaran bahwa 
ilmu mereka masih berada di bawah ilmu Bima. Walaupun mereka telah 
mengeroyok Bima, adik-adik Arimbi tersebut sulit untuk mengalahkannya. 
Bahkan kemudian munculah rasa malu di hati mereka karena mengeroyok 
seseorang adalah tindakkan yang jauh dari watak ksatria.
Oleh karenanya, seperti diberi aba-aba Prabakesa, Brajadenta, 
Brajamusti, Brajawikalpa dan Brajalamatan mengendorkan serangan, untuk 
kemudian menghentikan serangan. Para prajurit jaga pada heran 
melihatnya. Apa yang terjadi? Brajadenta dapat membaca apa yang 
diinginkan oleh keempat adiknya. Untuk itulah maka kemudian Brajadenta 
melangkah mendekati Bima. semua mata mengarahkan pandangannya kepada 
sosok Brjadenta. Apa yang akan diperbuat? Setelah tepat di depan Bima, 
Brajadenta berkata “Kami mengaku kalah.”
Arimbi melonjak senang, tawaran damai yang dibawa Arimbi telah 
diterima oleh adik-adiknya. Selanjutnya terjadilah pemandangan yang 
mengharukan. Bima memeluk adik-adik Arimbi satu persatu. Mereka telah 
menerima Bima sebagai bagian dari keluarganya, tidak sebagai musuhnya.
Dengan menghidupi watak ksatria, para putra Pringgandani yang 
berparas rasaksa dapat ikhlas merelakan kematian Prabu Arimba dalam 
perang tading melawan Bima. mereka mengakui bahwa Bima memang seorang 
ksatria keturunan trah Girisarangan yang sakti. Maka dari itu ada rasa 
bangga di hati mereka ketika Bima telah menyunting Kakang Mbok Arimbi 
yang sudah menjadi jelita, dan menjadi satu keluarga di Pringgandani.
Dengan bergabungnya Bima di Pringgandani, para putra Pringgandani 
optimis menatap masa depan negara Pringgandani. Karena pasangan Bima dan
 Arimbi telah mampu menghidupi kembali watak ksatria yang telah 
diwariskan oleh para pendahulunya, tat kala membangun dan mendirikan 
negara Pringgandani. Karena dengan watak berani, bersih, jujur, dan 
tulus, yang menjadi ciri khas watak seorang ksatria, negara Pringgandani
 telah menjadi besar. Dan akan semakin besar dan jaya manakala 
nilai-nilai luhur yang telah diwariskan akan dihidupi dalam menjalankan 
pemerintahan negara Pringgandani.
Waktu merambat pelan, untuk beberapa waktu Bima tinggal di 
Pringgandani membantu dan mendampingi Arimbi dalam menata pemerintahan 
yang telah beberapa waktu komplang tanpa raja. Seiring dengan penataan 
kerajaan, kandungan Arimbi bertambah semakin besar. Ada secercah 
kebahagiaan dan harapan yang berkaitan dengan bayi yang dikandung. 
Tangan Bima dan Arimbi meraba lembut perut Arimbi dengan sebuah 
permohonan yang bulat dan utuh, jadikanlah anak ini seorang raja ksatria
 yang membawa kejayaan negara Pringgandani.
Suasana duka masih terasa sejak kepergian Raja besar Pringgandani 
untuk selamanya. Prabu Arimba telah mempercayakan negara Pringgandani 
kepada Arimbi. Senyum abadi yang ditinggalkan Prabu Arimba memberi 
semangat optimisme untuk mewujudkan harapan akan kebesaran dan kejayaan 
Negara Pringgandani.
Berangsur-angsur mendung kesedihan yang menggelayut di langit 
Pringgandani tersibak. Negara mulai tertata dan pulih kembali seperti 
sebelum Prabu Arimba meninggal. Atas kesepakatan ke enam adik-adik 
Arimba, yang terdiri dari Prabakesa, Brajadenta, Brajamusti, 
Brajawikalpa, Brajalamatan dan Kala Bendana, Arimbi sebagai saudara 
paling tua ditunjuk menggantikan Prabu Arimba untuk menjalankan 
pemerintahan Pringgandani.
Beberapa bulan Bima menjalani hidup dengan Arimbi di Pringgandani. Jika menuruti perasaan hatinya Bima ingin mendampingi Arimbi, setidak-tidaknya sampai dengan kelahiran anak yang dikandung Arimbi. Namun hatinya gundah juga mengingat bahwa Bima telah berjanji kepada Ibu Kunthi untuk tidak meninggaklkan saudara-saudaranya terlalu lama. Kegundahan hati Bima diungkapkan kepada Arimbi, dan disepakati untuk sementara waktu Bima kembali menemui Ibu Kunthi dan saudara-saudaranya di hutan Kamiyaka. Dan jika sampai pada saatnya bayi yang dikandung Arimbi lahir, Bima akan kembali ke Pringgandani.
Beberapa bulan Bima menjalani hidup dengan Arimbi di Pringgandani. Jika menuruti perasaan hatinya Bima ingin mendampingi Arimbi, setidak-tidaknya sampai dengan kelahiran anak yang dikandung Arimbi. Namun hatinya gundah juga mengingat bahwa Bima telah berjanji kepada Ibu Kunthi untuk tidak meninggaklkan saudara-saudaranya terlalu lama. Kegundahan hati Bima diungkapkan kepada Arimbi, dan disepakati untuk sementara waktu Bima kembali menemui Ibu Kunthi dan saudara-saudaranya di hutan Kamiyaka. Dan jika sampai pada saatnya bayi yang dikandung Arimbi lahir, Bima akan kembali ke Pringgandani.
Tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama, Bima telah sampai di 
hadapan Ibu dan saudara-saudaranya. Mendengar cerita bahwa pada akhirnya
 Bima diterima sebagai saudara tua oleh adik-adik Arimbi dan menjadi 
bagian dari Negara Pringgandani, Kunthi dan saudara-saudara Bima 
dipenuhi dengan rasa sukacita.
Pagi itu udara sungguh cerah. Kehangatan sinar mentari mampu menembus
 lebatnya dedaunan hutan Kamiyaka. Kunthi memandangi sepasang burung 
prenjak yang berkicau bersautan, tak henti-hentinya. Kicau sepasang 
burung Prenjak jantan dan betina tersebut selain membangkitkan suasana 
keceriaan alam semesta juga dapat dibaca sebagai pertanda alam bagi 
manusia.. Jika sepasang burung Prenjak tersebut berkicau di arah barat 
rumah, itu pertanda jelek, akan ada tamu yang mengajak bertengkar. Jika 
sepasang burung Prenjak tersebut berkicau di arah Timur rumah, itu 
pertanda jelek juga, karena akan terjadi kebakaran. Jika sepasang burung
 Prenjak berkicau mengitari rumah, itu pertanda baik, akan mendapat 
rejeki dari jerih payahnya. Jika sepasang burung Prenjak, berkicau 
bersautan di arah selatan rumah, itu pertanda baik, akan ada tamu 
bangsawan yang berkendak baik. Jika sepasang burung Prenjak berkicau di 
arah utara rumah, itu pertanda sangat baik, akan ada tamu seorang guru 
memberi wangsit yang benar dan suci.
Benarkah akan ada tamu agung, seorang resi, pandita atau begawan yang
 datang di Hutan Kamiyaka ini? Dengan menengarai sepasang burung Prenjak
 yang tak henti-hentinya berkicau bersautan di sebelah utara rumah kayu 
ini. Jika benar pertanda tersebut, Kunthi tidak bisa memperkirakan 
siapakah sesepuh yang bakal datang. Karena selain Resi Bisma, 
Yamawidura, Begawan Abiyasa dan Semar tidak ada lagi orang yang dianggap
 agung dan suci. Namun apakah mungkin salah satu di antara empat orang 
agung tersebut datang ke Hutan Kamiyaka ini?
Semenjak peristiwa bale sigala-gala, Kunthi dan anak-anaknya sengaja 
mengasingkan diri menyamar sebagai orang sudra yang hidup menggembara 
dari hutan ke hutan. Kunthi menitipkan pesan kepada Kanana abdi setia 
Yamawidura yang berjasa membuat terowongan rahasia yang dipakai oleh 
Hyang Antaboga dan Nagatamala untuk menyelamatkan Kunthi dan Pandawa 
dari peristiwa Balesigala-gala. Pesan yang disampakai kepada Kanana 
adalah bahwa Kunthi dan anak-anaknya janganlah dicari untuk diajak 
pulang ke Panggombakan. Biarlah anak-anaknya terutama sikembar Nakula 
dan Sadewa melupakan trauma prahara Balesigala-gala.
Matahari telah bergeser condong ke ujung kulon, pertanda hari telah 
beranjak dari siang. Tamu agung yang dinanti Kunthi dalam hati belum 
juga datang. Seperti biasanya, setelah panas matahari berkurang, Arjuna 
selalu menyempatkan diri mengajari adiknya Nakula dan Sadewa untuk 
berolah senjata panah. Sedangkan Kunthi, Puntadewa dan Bima melihat dari
 kejauhan. Mereka cukup puas melihat kecerdasan dan ketrampilan Nakula 
dan Sadewa. Pada saat Kunthi melupakan pertanda yang dikabarkan kicau 
sepasang burung Prenjak di sebelah utara rumah, mendadak dari kejauhan, 
arah matahari tenggelam ada dua orang yang datang dengan langkah ringan,
 Mereka adalah Begawan Abiyasa dan pamomongnya yaitu Semar. Dapat 
dibayangkan betapa mengharukan pertemuan itu. Setelah bertahun-tahun 
mereka tidak saling berjumpa, sekarang bertemu di hutan yang kotor, 
beratap daun dan berlantai tanah. Namun satu hal yang disyukuri bahwa 
mereka berjumpa dalam keadaan selamat dan sehat walafiat.
Abiyasa adalah sosok mertua yang sangat dihormati Kunthi lebih dari 
Prabu Basukunthi ayahnya sendiri. Oleh karena kedatangannya di Hutan 
Kamiyaka yang tak dinyana sebelumnya sungguh membuat hati Kunthi dan 
para Pandawa merasa tentram dan damai. Kunthi sangat terharu atas usaha 
panjang yang dilakukan rama Begawan Abiyasa untuk menemukan dirinya dan 
anak-anaknya. Tidak Nampak keletihan yang disandang pada kedua orang tua
 tersebut. Wajahnya tetap ceria berwibawa dan suci.
Tentunya selain ingin mendapati menantu dan cucu-cucunya dalam 
keadaan selamat, ada hal khusus dan penting yang ingin disampaikan oleh 
Abiyasa dan Semar. Di ruang yang tidak begitu luas dengan diterangi oleh
 lampu minyak Begawan Abiyasa menyampaikan beberapa hal khusus kepada 
Kunthi dan Pandawa Lima.
“Kunthi dan cucuku Pandawa, semenjak peristiwa Balesigala-gala, 
Negara Hastinapura mewartakan kabar resmi, bahwa Kunthi dan Pandawa Lima
 telah mati terbakar, Hanya Yamawidura dan Kanana abdinya yang 
mengetahui keadaan kalian yang sesungguhnya. Namun keadaan kalian yang 
selamat dari peristiwa Balesigala-gala tidak diungkapkan oleh Yamawidura
 kepada Prabu Destarastra, dengan pertimbangan, agar para Kurawa tidak 
memburu kalian untuk dilenyapkan. Oleh karenanya aku sengaja tidak 
memanggil kalian untuk pulang di Panggomabakan. Tetapi tanpa 
sepengetahuan kalian, aku telah mengutus Semar untuk selalu memomong 
kalian dari kejauhan.
Namun saat ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan dirimu kepada
 kawula Hastinapura dan para Kurawa bahwa Pandawa Lima selamat tidak 
kurang sesuatu apa pun. Tentunya rakyat akan mengelu-elukanmu dengan 
gegap gempita. Dan meyakini bahwa kalian adalah titah terpilih yang 
diutus dewa untuk memayu hayuning bawana.”
“Kebetulan saat ini dibuka sayembara memanah di Cempalaradya,” kata 
Semar. “Bukankah ndara Arjuna adalah ahli panah yang mumpuni. Itu 
artinya bahwa ndara Arjuna mendapat kesempatan emas untuk memenangkan 
sayembara. Pada hal bagi siapa yang berhasil akan mendapatkan putri 
Prabu Durpada yang bernama Durpadi.”
-Herjaka HS-
 


Posting Komentar untuk "Arimbi kembali ke Pringgandani"