Pandawa Apus
Prabu Duryodana duduk di atas singhasana, dihadap oleh pendeta Durna,
Patih Sakuni, Dursasana, Kartamarma, Durmagati, Citraksa dan Citraksi.
Duryodana ingin membinasakan Pandhawa dengan tipu muslihat. Pandhawa
akan dijamu makanan yang mematikan. Duryodana telah mengundang Pandhawa.
Tak lama kemudian Pandhawa datang, Duryodana menyambutnya. Mereka dijamu besar-besaran, para Pandhawa diracun, akhirnya para Pandhawa meninggal dunia. Para Korawa senang, mereka mengira, bahwa musuh telah lenyap. Sakuni minta agar Bima dimasukkan ke dalam sumur Jalatundha, Arjuna dibuang ke gua Sigrangga.
Tak lama kemudian Pandhawa datang, Duryodana menyambutnya. Mereka dijamu besar-besaran, para Pandhawa diracun, akhirnya para Pandhawa meninggal dunia. Para Korawa senang, mereka mengira, bahwa musuh telah lenyap. Sakuni minta agar Bima dimasukkan ke dalam sumur Jalatundha, Arjuna dibuang ke gua Sigrangga.
Setelah membuang jenasah para Pandhawa, Duryodana masuk ke istana
menemui permaisuri dan Gendari, ibunya. Raja memberi tahu tentang
kematian para Pandhawa. Patih Sakuni dan para Korawa membuang jenasah
para Pandhawa.
Anantasena dan Gathotkaca yang berada di Randhugumbala ingin pergi ke Ngastina. Mereka bersiap-siap lalu berangkat.
Perjalanan mereka berdua bertemu dengan perajurit Ngastina. Mereka
berselisih, dan terjadilah perkelahian. Para Korawa kalah, Adipati Karna
datang membantunya, Anantasena dan Gathotkaca melarikan diri.
Jenasah Arjuna dipungut oleh Hyang Baruna, lalu dihidupkan kembali.
Arjuna dikawinkan dengan Dyah Suyakti, kemudian disuruh pergi ke gua
Sigrangga.
Perjalanan Arjuna dihadang oleh raksasa bernama Kala Sabawa bersama
isterinya. Arjuna akan mereka makan, maka terjadilah perkelahian.
Raksasa dipanah, mereka kembali ke wujud asal, berubah menjadi dewa
Kamajaya dan dewi Ratih. Arjuna datang menghormat, lalu minta diri,
meneruskan perjalannya.
Jenasah Bima dibawa oleh Nagagini kehadapan Hyang Antaboga. Bima
dihidupkan kembali, lalu Bima bercerita asal mula kematiannya. Kemudian
Bima disuruh pergi ke gua Sigrangga.
Yudhisthira, Nakula dan Sadewa telah dihidupkan kembali oleh Dyah
Suparti. Arjuna dan Bima datang di gua Sigrangga menghadap Dyah Suparti.
Dyah Suparti menyuruh agar mereka berlima kembali ke negara, sebab
kerajaan Ngamarta dikuasai oleh Adipati Karna.
Bagawan Abyasa pergi ke negara Ngamarta, atas ilham dari dewa ia disuruh melerai permusuhan Pandhawa dan Korawa
Yudhisthira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa bertemu dengan Anantasena dan Gathotkaca. Mereka bersama-sama menuju ke Ngamarta.
Adipati Karna yang berkuasa di Ngamarta, berunding dengan Patih
Sakuni, Dursasana, Kartamarma, Durmagati, Citraksa dan Citraksi. Mereka
ingin memboyong Drupadi ke Ngastina. Gathotkaca dan Anantasena akan
masuk ke istana Ngamarta. Para Korawa meghalang-halanginya. Terjadilah
perkelahian, Korawa tidak mampu melawan mereka berdua. Adipati Karna
datang menolongnya, Gathotkaca dipanah, terpental jauh. Anantasena
dilempar panah Wijayadanu, terlempar jauh pula
Gathotkaca dan Anantasena jatuh dihadapan Yudhistira. Yudhistira dan
Arjuna marah, lalu hendak menyerang kerajaan Ngamarta. Adipati Karna
berhadapan dengan Arjuna. Terjadilah perkelahian dahsyat. Bagawan Abyasa
datang melerai, Arjuna dibawa lari ke Wukir Retawu. Anantasena dibawa
ke tempat Hyang Anantaboga, kemudian disembuhkannya.
Para Pandhawa mengungsi ke Wukir Retawu. Bagawan Abyasa memberi wejangan kepada mereka tentang kesabaran dan perang Baratayuda.
Perajurit Ngastina datang menyerang Wukir Retawu. Bagawan Abyasa
menugaskan Bima dan Arjuna untuk melawan serangan para Korawa. Adipati
Karna memimpin perajurit Korawa. Perajurit Korawa diceraiberaikan oleh
Bima. Arjuna berhadapan dengan Adipati Karna. Masing-masing membawa
panah sakti. Arjuna melepaskan panah angin, Adipati Karna terbawa arus
angin, kembali ke Ngastina bersama perajurit Korawa. Perang pun selesai.
Para Pandhawa mengadakan pesta di pertapaan Wukir Retawu.
R.S. Subalidinata
Mangkunagara VII Jilid VII, 1930:26-31
Mangkunagara VII Jilid VII, 1930:26-31
Posting Komentar untuk "Pandawa Apus"