Sri Maha Punggung
Raden
Sadana, di Dukuh Medhangagung, dengan dihadap oleh pengasuhnya: kyai
buyut Tuwa, kyai empu Cukat, dan kyai Wayungyang, sedang menerima
kedatangan kakandanya, Dewi Sri. Berkatalah Dewi Sri, Duhai, dinda
Srisadana, istana Medhangkamulan kutinggalkan, sebab ayahanda
Srimahapunggung murka kepadaku, karena menolak kehendak beliau akan
mengawinkan aku dengan dengan prabu Pulagra
dari kerajaan Medhangkumuwung. Memang sudah menjadi tekadku, tidak akan
melayani priya, jika sekiranya tidak sebanding dengan keadaan dinda
sendiri. Selanjutnya juga diberitahukan bahwa prajurit-prajurit dari
Medhangkumuwung masih mengejarnya, untuk itu kepada Srisadana
diperintahkan untuk bersiap-siap menghadapinya. Musuh yang mengejar Dewi
Sri, sesampai di dukuh Medhangagung, dapat dikalahkan oleh Raden
Sadana. Dewi Sri juga menyejui kehendak adiknya untuk bertempat tingal
di hutan Medhangagung. Untuk itu Raden Sadana perlu pergi menemui buyut
Sondang di dhukuh Medhanggowong. Pergilah Raden Srisadana diikuti oleh
ketiga abdinya, kyai buyut Tuwa, kyai empu Cukat, dan kyai Wayungyang.
Sesampainya di dhukuh Medhanggowong, pesan Dewi Sri disampaikan kepada buyut Sondang. Ki buyut diharap datang di Medhangagung dengan membawa bekal benih palawija, bibit kelapa, lombok dan terong. Kepada buyut Sondhang, Raden Srisadana mengatakan akan melanjutkan perjalanannya menuju ke Medhangtamtu, ke tempat kyai buyut Wangkeng.
Setelah siap semuanya buyut Sondhang berangkat dengan isteri dan segenap buyut-buyut Medhanggowong, menuju ke Medhangagung. Dewi Sri menerima kedatangan Raden Sadana, yang melaporkan tugas untuk membebaskan ki Wangkeng telah diselesaikan. Buyut Wangkeng dan isterinya pun telah bersama-sama menghadap sang Dewi Sri. Juga buyut Sondhang, istrinya, dan lain-lainnya telah berada di Medhangagung. Para prajurit yang dikalahkan oleh raden Sadana kembali lagi di bawah pimpinan rajanya sendiri, ialah prabu Plagra. Buyut Wangkeng, buyut Sondhang, dan semua warga dhukuh Medhangagung berusaha mengalahkannya, perang terjadi sangat ramainya. Hyang Narada, memerintahkan kepada Hyang Bayu untuk membunuh Prabu Pulagra. Terbunuhlah raja Medhangkumuwung. Kepada Dewi Sri, Hyang Narada bersabda, Hai, puteraku Dewi Sri, atas kehendak Hyang Girinata, jika kau menyetujuinya, maukah kau dikimpoikan dengan adikmu raden Sadana?, Oleh Dewi Sri saran Hyang Narada tersebut dengan rendah hati ditolak. Kembalilah para dewa ke kahyangan, bersuka citalah Dewi Sri.
Sesampainya di dhukuh Medhanggowong, pesan Dewi Sri disampaikan kepada buyut Sondang. Ki buyut diharap datang di Medhangagung dengan membawa bekal benih palawija, bibit kelapa, lombok dan terong. Kepada buyut Sondhang, Raden Srisadana mengatakan akan melanjutkan perjalanannya menuju ke Medhangtamtu, ke tempat kyai buyut Wangkeng.
Setelah siap semuanya buyut Sondhang berangkat dengan isteri dan segenap buyut-buyut Medhanggowong, menuju ke Medhangagung. Dewi Sri menerima kedatangan Raden Sadana, yang melaporkan tugas untuk membebaskan ki Wangkeng telah diselesaikan. Buyut Wangkeng dan isterinya pun telah bersama-sama menghadap sang Dewi Sri. Juga buyut Sondhang, istrinya, dan lain-lainnya telah berada di Medhangagung. Para prajurit yang dikalahkan oleh raden Sadana kembali lagi di bawah pimpinan rajanya sendiri, ialah prabu Plagra. Buyut Wangkeng, buyut Sondhang, dan semua warga dhukuh Medhangagung berusaha mengalahkannya, perang terjadi sangat ramainya. Hyang Narada, memerintahkan kepada Hyang Bayu untuk membunuh Prabu Pulagra. Terbunuhlah raja Medhangkumuwung. Kepada Dewi Sri, Hyang Narada bersabda, Hai, puteraku Dewi Sri, atas kehendak Hyang Girinata, jika kau menyetujuinya, maukah kau dikimpoikan dengan adikmu raden Sadana?, Oleh Dewi Sri saran Hyang Narada tersebut dengan rendah hati ditolak. Kembalilah para dewa ke kahyangan, bersuka citalah Dewi Sri.
Posting Komentar untuk "Sri Maha Punggung"