Aswatama
Bambang Aswatama anak Dahyang Durna dengan Dewi Wilotama, seorang bidadari yang pada waktu ia berjumpa dengan Durna,
menjelma berupa kuda. Maka nama Aswatama pun berarti kuda yang terutama
(aswa = kuda).
Aswatama orang yang sakti. Dari Dewa ia mendapat
senjata berupa panah, bernama Cundamani yang dapat mengeluarkan api
sepanas panasnya. Begitu pula Aswatama se1au dilindungi oleh Wilotama,
ibunya.
Ia adalah ksatria besar, berpihak pada Korawa dan menjadi penasihat siasat perang.
Hidup Aswatama senantiasa diamat-amati ibunya, Dewi
Wilotama yang adalah seorang bidadari. Setiap kali Aswatama terancam
bahaya, datanglah ibunya membantu. Maka Aswatama pun selalu jaya di
dalam perang.
Sebenarnya Aswatama sebangsa pendeta, sebab ia anak
Dahyang Durna, guru Pendawa dan Korawa. Aswatama memang membela
kerajaan Astina, tetapi bantuan yang diberikannya tak tampak nyata. Oleh
karena ia memihak kepada Astina, ia pun benci pada Pendawa, musuh
Astina dan juga tak suka pada Banowati yang dianggapnya sebagai musuh
dalam selimut, karena meskipun lahirnya Dewi Banowati adalah permaisuri
Prabu Suyudana, batinnya dia memihak Pendawa. Maka Aswatama pun selalu
mendendam pada Banowati.
Dalam perang Baratayuda ia senantiasa mengetahui
tipu muslihat musuh dan selalu jaya dalam perang. Sehabis perang
Baratayuda Aswatama bermaksud membunuh kerabat Pendawa dengan menggali
lobang yang menuju ke rumah Pendawa. Aswatama melihat Dewi Banowati,
lalu dibunuhnya. Di tempat itu Aswatama melihat pula anak Angkawijaya,
Parikesit yang waktu itu masih bayi. Aswatama hendak membunuh bayi itu,
tetapi sibayi menangis sekeras-kerasnya dan menendang panah Pasopati
yang ditaruh di situ untuk menjaga bayi. Panah terpental, mengenai leher
Aswatama hingga putus dan matilah Aswatama.
Baca Pula : Aswatama Nglandak
Aswatama bermata kedondongan putih, berhidung
mancung serba lengkap, berketu udeng dengan garuda membelakang,
bersunting kembang kluwih panjang. Berkalung putran bentuk bulan sabit.
Bergelang, berpontoh, dan berkeroncong. Berkain, tetapi tidak bercelana
panjang. Di dalam cerita, Aswatama berkaki kuda dan bersurai, oleh
karena ia beribu kuda.
Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982
Posting Komentar untuk "Aswatama"