Wibisana
ARYA WIBISANA
Nama lain : Harya Balik
Ayah : Begawan Wisrawa
Ibu : Dewi Sukesi
Saudara Kandung : Rahwana/ Dasamuka, Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka dan Arya Wibisana.
Saudara Lain Ibu : Danaraja
Istri : Dewi Triwati
Anak : Dewi Trijatha dan Denta Wilukrama (Prabu Bisawarna)
Tempat : Alengka
Nama lain : Harya Balik
Ayah : Begawan Wisrawa
Ibu : Dewi Sukesi
Saudara Kandung : Rahwana/ Dasamuka, Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka dan Arya Wibisana.
Saudara Lain Ibu : Danaraja
Istri : Dewi Triwati
Anak : Dewi Trijatha dan Denta Wilukrama (Prabu Bisawarna)
Tempat : Alengka
Wibisana sangat berbudi luhur dan membela keadilan dan kebenaran.
Oleh sebab itu dia meninggalkan kakaknya Rahwana untuk memihak Sri
Rama karena melihat bahwa kakaknya salah dan keblinger, bertindak tidak
adil dan mau menang sendiri.
Sri Rama menerima baik kedatangan Wibisana dan diangkat menjadi adik Sri Rama, dan diberi nama Harya Balik.
Karena kakaknya tetap berusaha mengawini Dewi Sinta, padahal Dewi
Sinta adalah istri orang lain dan Dewi Sinta juga tidak mencintai
Rahwana, melihat ketidak benaran ini maka Wibisana meninggalkan kakaknya
dan berbalik melawan kakaknya. Bahkan dalam mewujudkan cita citanya
memperistri Sinta, maka rakyat Alengka dikorbankan, karena bila terjadi
perang maka rakyatlah yang paling menderita.
Baca Pula : Wibisana Tundung
Perang akan menciptakan kesusahan dan duka nestapa, kelaparan, menciptakan duda dan janda, anak yatim dan yatim piatu.
Dewi Sinta adalah titisan Dewi Widawati, jadi ketika Dewi Widawati
akan diperistri oleh Rahwana, tapi Dewi Widawati tidak mau, maka lari
dan turun ke bumi dan menitis kepada Bayi Sinta yang sebenarnya adalah
anak dari Rahwana sendiri.
Proses penitisan ini dilihat oleh Raden Wibisana, maka cepat cepat
bayi tersebut ditukar karena Wibisana tahu bahwa pasti akan menimbulkan
masalah dikemudian hari.
Dewi Widati menitis menjadi anak Prabu Dasamuka dengan tujuan supaya
tidak diperistri oleh Prabu Dasamuka, tapi Dewi Widawati tidak tahu
sedalam apa cinta Prabu Dasamuka terhadap dirinya. Walaupun anaknyapun
kalau Prabu Dasamuka menginginkan pasti diambil istri juga karena memang
sudah menjadi watak dari Prabu Dasamuka.
Wibisana melihat ini kemudian menukar Bayi Sinta dengan Bayi yang
lain yang disabda oleh Wibisana dari awan / mega menjadi seorang bayi
dan diberi nama Raden Indrajit.
Setelah itu bayi Sinta di sabda dan dimasukkan ke dalam ketupat
kemudian dihanyutkan di sungan Jamuna, yang kemudian ketupat ini akan di
temukan oleh Prabu Janaka dari Negara Mantili, kemudian bayi itu diberi
nama Sinta, jadi nama Sinta adalah pemberian dari Prabu Janaka dari
Mantili.
Setelah Prabu Dasamuka dapat dikalahkan maka Negara Alengka
diserahkan kepada Prabu Wibisana, setelah Prabu Wibisna muksa maka
penggantinya adalah Raden Bisawarna dan Negara alengka dirubah namanya
menjadi Singgelapura.
Kemenangan Sri Rama tidak lain karena bantuan Wibisana, karena
Wibisana sudah tahu kelemahan dari Alengka, tanpa bantuan dari Wibisana
akan sangat sulit menundukan Kerajaan Alengka.
Jadi filisofinya adalah berhati hatilah terhadap musuh dari dalam,
karena musuh dari luar seberapa pun kekuatannya, kita masih bisa meduga
dan mengatur strategi, tapi musuh dari dalam akan sangat sulit
mengatasinya, selain tidak terduga maka tidak ada strategi yang jitu
untuk melawan musuh yang muncul dari dalam, muncul dari lingkungan kita
sendiri.
====================================
Wibisana adalah
anak bungsu dari empat bersaudara putra pasangan Begawan Wisrawa
dan Dewi Sukesi. Wibisana satria berparas tampan, tidak seperti ke
tiga kakaknya yang berwajah raksasa yaitu, Prabu Dasamuka, Raden
Kumbakarna, dan Dewi Sarpakenaka. Ketika masih remaja ke empat anak
Begawan Wisrawa tersebut melakukan laku tapa di gunung Gohkarna
selama bertahun-tahun. Pada akhir tapanya, masing-masing dari mereka
mendapat anugerah dari Dewa sesuai dengan keinginannya. Sewaktu
Hyang Narada bertanya kepada Wibisana, apa yang diinginkannya?
Wibisana menjawab bahwa dirinya ingin menjadi kesatria sejati yang
dapat menempatkan nilai-nilai kebenaran di atas nilai-nilai yang
lain. Hyang Narada mengabulkan apa yang dimohon Wibisana dan
berjanji atas nama para dewa akan senantiasa membantu perjuangan
Wibisana dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran di dunia.
Ketika pada suatu
hari Wibisana mendengarkan ramalan para Resi negara Alengka, yang
mengatakan bahwa Negara akan mengalami bencana besar dikarenakan
ulah Prabu Dasamuka yang akan mengawini anaknya sendiri, yang
sekarang masih dalam kandunag Dewi Tari istri Dasamuka. Hal tersebut
dilakukan Dasamuka, karena anak tersebut merupakan titisan Dewi
Widowati, yang sejak dari Lokapala selalu dikejar-kejar Dasamuka
untuk diperistri. Wibisana berusaha mencegah agar kakaknya tidak
melakuan tindakan yang tidak benar, dengan mengawini anaknya
sendiri. Karena jika seorang raja mengawini anak kandungnya negara
serta rakyatnya akan tertimpa bencana besar.
Maka setelah
genap waktunya Dewi Tari melahirkan bayi perempuan, Wibisana segera
bertindak. Ia, dibantu oleh para Dewa, mencipta bayi laki-laki
dari gumpalan mega di langit yang diberi nama Begananda, untuk
mengganti bayi perempuan. Sedangkan bayi perempuan anak Dasamuka
yang sesungguhnya dihanyutkan di sungai.
Bayi perempuan
yang kemudian di temukan oleh Prabu Janaka raja Mantili dan diberi
nama Dewi Sinta, menjadi istri Rama, dan dicuri oleh Dasamuka di
hutan Dandaka untuk diboyong di Alengka. Tidak ada yang tahu bahwa
Dewi Sinta adalah anak kandung Dasamuka. Namun Dasamuka tahu bahwa
Dewi Sinta adalah titisan Dewi Widowati, dambaan hatinya. Oleh
karenanya Dasamuka sangat bernafsu untuk memperistri Dewi Sinta.
Wibisana
menentang keinginan Dasamuka mengawini Dewi Sinta. Kakanda Prabu
hal itu tidak benar. Sebaiknya Dewi Sinta dikembalikan kepada Prabu
Rama suaminya. Saran Wibisana membuat Dasamuka murka. Wibisana
diusir dari Negara Alengka.
Dengan perasaan
hancur Wibisana meninggalkan tanah tumpah darahnya. Ia teringat
akan kata Hyang Narada, bahwasannya memperjuangkan kebenaran itu
tidak mudah. Banyak rintangan dan hambatan yang membutuhkan
pengorbanan. Wibisana telah mengorbankan tanah tumpah darahnya,
negaranya, saudara-saudaranya. Semuanya ditinggalkan demi sebuah
kebenaran. Kemudian Wibisanan bergabung dengan Prabu Rama.
Pada saat terjadi
perang besar yang dinamakan Perang Giriantara, antara Dasamuka dan
bala tentara Alengka melawan Rama serta pasukan kera di
pesanggrahan Swelagiri, Wibisana diangkat oleh Rama menjadi
penasihatnya, dengan pertimbangan bahwa Wibisana banyak mengetahui
seluk beluk istana serta peta kekuatan Negata Alengka. Wibisana
juga mengetahui rahasia kekuatan para senopati perang Alengka.
Bersama Wibisana,
Rama berhasil mengalahkan Dasamuka serta prajurit prajuritnya
dengan tidak menghancurkan negara. Sepeninggal Prabu Dasamuka,
Wibisana diangkat oleh Rama menjadi raja di Negara Alengka. Nama
Alengka kemudian diganti menjadi Singgelapura. Wibisana didampingi
seorang istri bernama Dewi Triwati serta kedua putranya yaitu Dewi
Trijata dan Raden Denta Wilukrama.
Namun sebelum
naik tahta di Singgelapura, Rama memberi wejangan Astabrata kepada
Wibisana. Astabrata adalah delapan laku watak yang seharusnya
diupayakan oleh seorang pemimpin. yaitu: 1. Berwatak Matahari:
memberi energi dan daya hidup. 2. Berwatak Bulan: menerangi bagi
mereka yang berada dalam kegelapan sehingga memberi rasa keindahan,
ketentraman 3. Berwatak Bintang: menjadi penghias dan pedoman arah
bagi mereka yang kehilangan arah di malam hari. 4. Berwatak Angin:
dapat mengisi setiap ruangan yang kosong dan dapat melakukan
tindakan yang teliti, cermat dalam menyelami kehidupan. 5. Berwatak
Mendung, berwibawa menakutkan, tetapi sesudah menjadi air dapat
menghidupkan segala tumbuhan dan memberi manfaat bagi sesama. 6.
Berwatak Api: bertindak tegas, adil, tidak pandang bulu. 7.
Berwatak Samudra: mempunyai pandangan yang luas, rata dan sanggup
menerima persoalan apapun tanpa kebencian 8. Berwatak Bumi:
mempunyai sifat sentosa, suci dan jujur serta memberi anugerah
kepada yang berjasa
Tidak hanya
Wibisana, Setiap pemimpin, bahkan setiap orang, tak terkecuali,
dapat menerapkan delapan watak tersebut. Karena sejatinya, bagi
mereka yang dapat menerapkan ajaran Astabrata hidupnya akan
bermahkota seperti layaknya seorang raja, walaupun ia hanyalah
orang biasa nan papa.
herjaka HS
Untuk membaca kisah lengkap Ramayana silakan Klik Disini.
Posting Komentar untuk "Wibisana"